Selasa, 22 November 2011

DASAR PEMASARAN : PROSES MANAJEMEN PEMASARAN


NAMA    : Taufan Arief Alamsyah
NPM       : 17211036
KELAS     : 1EA01
 



A. TUGAS-TUGAS MANAJEMEN PEMASARAN
 
   Tugas-tugas pokok manajemen pemasaran berbeda-beda sesuai dengan situasi permintaan yang di hadapinya,berikut adalah situasi-situasi permintaan dan tugas-tugas manajemen pemasaran :
 
ciri-ciri permintaan: sebagian pasar tidak menyukai produk,bahkan bersedia membayar untuk menghindarinya.contoh: vaksinasi,wajib militer.tugas pemasarannya: menganalisis mengapa pasar tidak menyukai produk,dan apakah perubahan desain,penurunan harga atau promosi yang positif yang dapat mengubah sikap konsumen
ciri-ciri permintaan: pasar sasaran tidak berminat pada produk.Misalnya , masyarakat tidak berminat menjadi anggota KUD, mahasiswa tidak berminat menjadi palang merah mahasiswa.tugas pemasarannya:menemukan cara untuk menghubungkan manfaat produk dengan kebutuhan dan keinginan konsumen
ciri-ciri permintaan: keinginan konsumen belum dapat di penuhi oleh produk yang ada saat ini, misalnya permintaan terhadap rokok yang tidak berbahay,mobil yang tidak menimbulkan polusi. tugas pemasarannya:mengukur potensi permintaan dan mengembangkan produk untuk memenuhinya secara efektif.


B.PROSES MANAJEMEN PEMASARAN    
 
Pengambilan keputusan dalam pemsaran
●Pengambilan keputusan yang efektif dengan menggunakan marketing mix
●Model pengambilan keputusan
 
 C.STRATEGI PEMASARAN
 
1.strategi penetrasi  pasar
a. mendorong pelanggannya untuk membeli lebih banyak pita kaset dalam setiap periode
b. menemukan kelemahan dalam produk atau program pemasaran pesaingnya
c. meyakinkan pelanggan agar menggunakan produknya

2.strategi pengembangan pasar
a. mencari pemakai potensial yang minatnya dapat di rangsang.
b. mencari saluran distribusi tamabahan di lokasi sekarang.
c. mencari wilayah pemasaran di daerah baru atau keluar negeri.

3.strategi pengembangan produk
a. mempertimbangkan kemungkinan produk baru
b. mengeluarkan produk yang bermutu tinggi


C.PENGEMBANGAN STRTEGI PEMASARAN
   menurut boone dan kurt,pengembangan tersebut dimulai dari mengidentifikasi peluang,kemudian tentukan pasar sasaran,dimana perusahaan akan mencurahkan seluruh aktifitas pemasarannya secara langsung.

*sumber-sumber   :
http://www.scribd.com/doc/13065404/pengertian-strategi-pemasaran
http://books.google.co.id/books?id=C75GWtZTd2wC&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=true
http://www.docstoc.com/docs/75279276/tugas-manj-pemasaran
http://www.docstoc.com/docs/20809605/PROSES-MANAJEMEN-PEMASARAN

Minggu, 20 November 2011

ILMU BUDAYA DASAR : KEBUDAYAAN PAPUA


NAMA    : Taufan Arief Alamsyah
NPM       : 17211036
KELAS     : 1EA01


KEBUDAYAAN PAPUA


KEBUDAYAAN PAPUA


    KEBUDAYAAN PAPUA DI INDONESIA Papua adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak dibagian tengah pulau Papua atau bagian paling timur West New Guinea (Irian Jaya). Belahan timurnya merupakan negara Papua Nugini atau East New Guinea. Provinsi Papua dulu mencakup seluruh wilayah papua bagian barat, sehingga sering disebut sebagai Papua Barat .para Nasionalis yang ingin memisahkan diri dari Indonesia dan membentuk negara sendiri. Pada masa pemerintahan kolonial Hindia-Belanda, wilayah ini dikenal sebagai Nugini Belanda (Nederlands New Guinea atau Dutch New Guinea). Setelah berada dibawah penguasaan Indonesia, wilayah ini dikenal sebagai provinsi Irian Barat sejak tahun 1969 hingga 1973. Namanya kemudian diganti menjadi Irian Jaya oleh Soeharto pada saat meresmikan tambang tembaga dan emas freeport, nama yang tetap digunakan secara resmi hingga tahun 2002. KEBUDAYAAN DI PAPUA 1. Budaya Tari-Tarian Masyarakat pantai memiliki berbagai macam budaya tari-tarian yang biasa mereka sebut dengan Yosim Pancar (YOSPAN), yang didalamnya terdapat berbagai macam bentuk gerak seperti: (tari Gale-gale, tari Balada, tari Cendrawasih, tari Pacul Tiga, tari Seka, Tari Sajojo). 2 . Budaya perkawinan dll

ILMU BUDAYA DASAR : BUDAYA NYEPI

  
NAMA    : Taufan Arief Alamsyah
NPM       : 17211036
KELAS     : 1EA01


 BUDAYA NYEPI





Sejarah Hari Raya Nyepi 

Hari Raya Nyepi merupakan hari raya umat Hindu yang dirayakan setiap Tahun BaruSaka. Dimana pada hari ini umat hindu melakukan amati geni yaitu mengadakan Samadhi pembersihan diri lahir batin. Pembersihan atas segala dosa yang sudah diperbuat selama hidup di dunia  dan memohon pada yang Maha Kuasa agar diberikan kekuatan untuk bisa menjalankan kehidupan yang lebih baik dimasa mendatang . Hari Raya Nyepi jatuh pada hitungan Tilem Kesanga (IX) yang diyakini saat baik untuk mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa dan dipercayai merupakan hari penyucian para dewa yang berada dipusat samudra yang akan datang kedunia dengan membawa air kehidupan (amarta ) untuk kesejahteraan manusia dan umat hindu didunia


Makna Hari Raya Nyepi

Nyepi asal dari kata sepi (sunyi, senyap). yang merupakan perayaan Tahun Baru Hindu berdasarkan kalender Saka, kira kira dimulai sejak tahun 78 Masehi. Pada Hari Raya Nyepi ini, seluruh umat Hindu di Bali melakukan perenungan diri untuk kembali menjadi manusia manusia yang bersih , suci lahir batin. Oleh karena itu semua aktifitas di Bali ditiadakan, fasilitas umum hanya rumah sakit saja yang buka.

Upacara Yang Diadakan Sebelum Dan Sesudah Hari Raya Nyepi :


Upacara Melasti

Selang waktu dua tiga hari sebelum Hari Raya Nyepi, diadakan upacara Melasti atau disebut juga Melis/Mekiyis, dihari ini, seluruh perlengkapan persembahyang yang ada di Pura di arak ke tempat tempat yang mengalirkan dan mengandung air seperti laut, danau  dan sungai, karena laut, danau dan sungai adalah sumber air suci (tirta amerta) dan bisa membersihkan dan menyucikan dari segala kotoran yang ada di dalam diri manusia dan alam.

Upacara Bhuta Yajna

Sebelum hari Raya Nyepi diadakan upacara Bhuta Yajna yaitu upacara yang mempunyai makna pengusiran terhadap roh roh jahat dengan membuat  hiasan atau patung yang berbentuk atau menggambarkan buta kala ( Raksasa Jahat ) dalam bahasa bali nya sebut ogoh ogoh, Upacara ini dilakukan di setiap rumah, Banjar, Desa, Kecamatan, Kabupaten dan Provinsi. Upacara ini dilakukan di depan pekarangan , perempatan jalan, alun-alun maupun lapangan,lalu ogoh ogoh yang menggambarakan buta kala ini yang diusung dan di arak secara beramai ramai oleh masyarakat dengan membawa obor di iringi tetabuhan dari kampung kekampung, upacara ini kira kira mulai di laksanakan dari petang hari  jam enam sore sampai  paling lambat jam dua belas malam,  setelah upacara ini selesai ogoh ogoh tersebut di bakar, ini semua bermakna bahwa seluruh roh roh jahat yang ada sudah diusir dan dimusnahkan
Saat hari raya Nyepi, seluruh umat Hindu yang ada di bali wajibkan melakukan catur brata penyepian. Ada empat catur brata yang menjadi larangan dan harus di jalankan :
  1. Amati Geni: Tidak menyalakan api serta tidak mengobarkan hawa nafsu.
  2. Amati Karya: Tidak melakukan kegiatan kerja jasmani, melainkan meningkatkan kegiatan  menyucikan rohani.
  3. Amati Lelungan: Tidak berpergian melainkan mawas diri,sejenak merenung diri tentang  segala sesuatu yang kita lakukan saat kemarin , hari ini dan akan datang.
  4. Amati Lelanguan: Tidak mengobarkan kesenangan melainkan melakukan pemusat.  Pikiran terhadap Sang Hyang Widhi Brata ini mulai dilakukan pada saat matahari “Prabata” saat fajar menyingsing sampai fajar menyingsing kembali keesokan harinya, selama (24) jam.
 
Upacara Ngembak Geni

Upacara Hari Ngembak Geni berlangsung setelah Hari Raya Nyepi berakhirnya  ( brata Nyepi ). Pada esok harinya dipergunakan melaksanakan Dharma Shanty, saling berkunjung dan maaf memaafkan sehingga umat hindu khususnya bisa memulai tahun baru Caka dengan hal hal baru yang fositif,baik di lingkungan keluarga maupun di masyarakat. sehingga terbinanya kerukunan dan perdamaian yang abadi
Menurut  tradisi, pada hari Nyepi ini semua orang tinggal dirumah untuk melakukan puasa, meditas dan bersembahyang, serta menyimpulkan menilai kwalitas pribadi diri sendiri. Di hari ini pula umat Hindu khususnya mengevaluasi dirinya, seberapa jauhkah tingkat pendekatan rohani yang telah dicapai, dan sudahkah lebih mengerti pada hakekat tujuan kehidupan di dunia ini.
Seluruh kegiatan upacara upacara tersebut di atas masih terus dilaksanakan, diadakan dan dilestarikan secara turun menurun di seluruh kabupaten kota Bali hingga saat ini dan menjadi salah satu daya tarik adat budaya yang tidak ternilai harganya baik di mata wisatawan domestik maupun manca negara.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa makna Nyepi itu sendiri adalah manusia diajarkan untuk mawas diri, merenung sejenak dengan apa  yang telah kita perbuat. Dimasa lalu, saat ini dan merencanakan yang lebih baik dimasa yang akan datang dengan tidak lupa selalu bersykur dengan apa yang telah diberikan oleh sang Pencipta
Bagi anda yang sibuk dengan pekerjaan dan rutinitas yang begitu padat ada baik nya anda meluangkan waktu sejenak keluar dari hiruk pikuk tersebut dan datang ke Bali sekedar introspeksi diri bahwa dalam kehidupan ini mempunyai terkaitan antara satu dan lain nya dan tidak lupa menyaksikan keadaan di Bali saat hari raya Nyepi akan terasa beda nya
 
 sumber :http://wisatadewata.com/article/adat-kebudayaan/hari-raya-nyepi
http://tunjungnesta.files.wordpress.com/2010/09/hiburan-dan-seni-budaya-nyepi-prambanan-01.jpg

ILMU BUDAYA DASAR : BUDAYA NATAL

   BUDAYA NATAL


NAMA    : Taufan Arief Alamsyah
NPM       : 17211036
KELAS     : 1EA01

 SEJARAH BUDAYA NATAL




   Kisah Natal berasal dari Injil Santo Lukas dan Santo Matius dalam Perjanjian Baru. Menurut Lukas, seorang malaikat memunculkan diri kepada para gembala di luar kota Betlehem dan mengabari mereka tentang lahirnya Yesus. Matius juga menceritakan bagaimana orang-orang bijak, yang disebut para majus, mengikuti bintang terang yang menunjukkan kepada mereka di mana Yesus berada.

   Catatan pertama peringatan hari Natal adalah tahun 336 Sesudah Masehi pada kalender Romawi kuno, yaitu pada tanggal 25 Desember. Perayaan ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh perayaan orang kafir (bukan Kristen) pada saat itu. Sebagai bagian dari perayaan tersebut, masyarakat menyiapkan makanan khusus, menghiasi rumah mereka dengan daun-daunan hijau, menyanyi bersama dan tukar-menukar hadiah. Kebiasaan-kebiasaan itu lama-kelamaan menjadi bagian dari perayaan Natal. Pada akhir tahun 300-an Masehi agama Kristen menjadi agama resmi Kekaisaran Romawi.

   Di tahun 1100 Natal telah menjadi perayaan keagamaan terpenting di Eropa, di banyak negara-negara di Eropa dengan Santo Nikolas sebagai lambang usaha untuk saling memberi. Hari Natal semakin tenar hingga masa Reformasi, suatu gerakan keagamaan di tahun 1500-an . Gerakan ini melahirkan agama Protestan. Pada masa Reformasi, banyak orang Kristen yang mulai menyebut Hari Natal sebagai hari raya kafir karena mengikutsertakan kebiasaan tanpa dasar keagamaan yang sah. Pada tahun 1600-an, karena adanya perasaan tidak enak itu, Natal dilarang di Inggris dan banyak koloni Inggris di Amerika. Namun, masyarakat tetap meneruskan kebiasaan tukar-menukar kado dan tak lama kemudian kembali kepada kebiasaan semula.

   Pada tahun 1800-an, ada dua kebiasaan baru yang dilakukan pada hari Natal, yaitu menghias pohon Natal dan mengirimkan kartu kepada sanak saudara dan teman-teman. Di Amerika Serikat, Santa Claus (Sinterklas) menggantikan Santo Nikolas sebagai lambang usaha untuk saling memberi. Sejak tahun 1900-an, perayaan Natal menjadi semakin penting untuk berbagai bisnis.

PERAYAAN NATAL
   Karena sebetulnya Natal merupakan hari raya keagamaan, awalnya hari tersebut bukan merupakan hari libur resmi. Namun, karena kebanyakan orang Amerika Serikat adalah orang Kristen, hari itu adalah hari di saat kebanyakan bisnis tutup dan hari di mana paling banyak pekerja, termasuk karyawan pemerintah, diliburkan. Pulang ke rumah (termasuk pulang kampung) merupakan kebiasaan yang sangat dihormati. Selain dari tradisi yang sangat bersifat keagamaan, kebanyakan kebiasaan di saat Natal juga dilakukan oleh orang-orang yang tidak religius atau tidak memeluk agama Kristen. Biasanya, umat Kristiani merayakan Natal menurut tradisi gereja mereka masing-masing. Ada berbagai macam ibadah keagamaan di gereja yang dilakukan oleh keluarga-keluarga sebelum mereka keliling untuk mengunjungi sanak-saudara dan teman-teman.

TUKAR KADO
Kebiasaan untuk tukar menukar kado pada sanak-saudara dan teman-teman pada hari khusus di musim dingin kemungkinan bermula di Romawi Kuno dan Eropa Utara. Di daerah-daerah tersebut, orang-orang memberikan hadiah pada satu sama lain sebagai bagian dari perayaan akhir tahun. Pada tahun 1100, di banyak negara-negara Eropa, Santo Nikolas menjadi lambang usaha saling memberi. Menurut legenda, Santo Nikolas membawakan hadiah-hadiah untuk anak-anak pada malam sebelum perayaannya, tanggal 6 Desember. Tokoh-tokoh yang bukan keagamaan menggantikan Santo Nikolas di berbagai negara tak lama setelah reformasi, dan tanggal 25 Desember menjadi hari untuk tukar-menukar kado. Kini di Amerika Serikat, Santa Claus membawakan hadiah untuk anak-anak.

*SUMBER  :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFHCbp6eo95NKCUnTMTYdNG1QPNEe2WZydqADSTTNttclUgeUHRHP6UZMCKN6qSZhUzfSH8APvTrgrBiPrr9kSzOKdB9g86PQ87vluEc9g4eenzz7MKJNgIIRl6L57ToQSk9_A9JMwv79o/s1600/pohon-natal-1.jpg

http://awalmula.com/sejarah-awal-mula-natal.html

Selasa, 15 November 2011

ILMU BUDAYA DASAR : KEBUDAYAAN ACEH

 KEBUDAYAAN ACEH


NAMA    : Taufan Arief Alamsyah
NPM       : 17211036
KELAS     : 1EA01



   Aceh yang sebelumnya pernah disebut dengan nama Daerah Istimewa Aceh (1959-2001) dan Nanggroe Aceh Darussalam(2001-2009) adalah sebuah provinsi di Indonesia dan merupakan provinsi paling barat di Indonesia. Aceh memiliki otonomi yang diatur tersendiri, berbeda dengan kebanyakan provinsi lain di Indonesia, karena alasan sejarah. Daerah ini berbatasan dengan Teluk Benggala di sebelah utara, Samudra Hindia di sebelah barat, Selat Malaka di sebelah timur, dan Sumatra Utara di sebelah tenggara dan selatan.

   Ibu kota Aceh ialah Banda Aceh. Pelabuhannya adalah Malahayati-Krueng Raya, Ulee Lheue, Sabang, Lhokseumawe dan Langsa. Aceh merupakan kawasan yang paling buruk dilanda gempa dan tsunami 26 Desember 2004. Beberapa tempat di pesisir pantai musnah sama sekali. Yang terberat adalah Banda Aceh, Aceh Besar, Aceh Jaya, Aceh Barat, Singkil dan Simeuleu.

   Aceh mempunyai kekayaan sumber alam seperti minyak bumi dan gas alam. Sumber alam itu terletak di Aceh Utara dan Aceh Timur. Aceh juga terkenal dengan sumber hutannya, yang terletak di sepanjang jajaran Bukit Barisan, dari Kutacane, Aceh Tenggara, sampai Seulawah, Aceh Besar. Sebuah taman nasional, yaitu Taman Nasional Gunung Leuseur (TNGL) juga terdapat diAceh Tenggara.

   Aceh memiliki akar budaya bahasa dari keluarga bahasa Monk Khmer proto bahasa Melayu dengan pembagian daerah bahasa lain seperti bagian selatan mengunakan bahasa Aneuk Jame sedangkan bagian Tengah, Tenggara, dan Timur menggunakan bahasa Gayo.Untuk bagian tenggara menggunakan bahasa Alas seterusnya bagian timur lebih ke timur lagi menggunakan bahasa Tamiang.Dengan demikian kelompok etnis Klut yang berada bagian selatan menggunakan bahasa Klut sedangkan di Simeulue menggunakan bahasa Simeulue akan tetapi masing-masing bahasa setempat tersebut dapat dibagi pula menjadi dialek. Bahasa Aceh, misalnya, adalah berbicara dengan sedikit perbedaan di Aceh Besar, di Pidie, dan di Aceh Utara. Demikian pula, dalam bahasa Gayo ada Gayo Lut, Gayo Deret, dan dialek Gayo Lues dan kelompok etnis lainnya. Singkil yang berada bagian tenggara (Tanoh Alas) menggunakan bahasa Singkil.

   Awal Aceh dalam sumber antropologi disebutkan bahwa asal-usul Aceh berasal dari suku Mantir (atau dalam bahasa Aceh: Mantee) yang mempunyai keterkaitan dengan Mantera di Malaka yang merupakan bagian dari bangsa Mon Khmer (Monk Khmer). Menurut sumber sejarah narasi lainnya disebutkan bahwa terutama penduduk Aceh Besar tempat kediamannya di kampung Seumileuk yang juga disebut kampung Rumoh Dua Blaih (desa Rumoh 12), letaknya di atas Seulimeum antara kampung Jantho dengan Tangse. Seumileuk artinya dataran yang luas dan Mantir kemudian menyebar ke seluruh lembah Aceh tiga segi dan kemudian berpindah-pindah ke tempat-tempat lain.

   Aceh adalah salah satu daerah yang paling awal menerima agama Islam. Dan sebagian besar masyarakat Aceh beragama Islam. Oleh karena itu propinsi ini dikenal dengan sebutan “Serambi Mekah”, maksudnya “pintu gerbang” yang paling dekat antara Indonesia dengan tempat dari mana agama tersebut berasal. Meskipun demikian kebudayaan asli Aceh tidak hilang begitu saja, sebaliknya beberapa unsur kebudayaan setempat mendapat pengaruh dan berbaur dengan kebudayaan Islam. Dengan demikian kebudayaan hasil akulturasi tersebut melahirkan corak kebudayaan Islam-Aceh yang khas. Di dalam kebudayaan tersebut masih terdapat sisa-sisa kepercayaan animisme dan dinamisme.

   Salah satu cirri menarik dari tarian Aceh adlah tarinya yang dilakukan secara berkelompok. Tari saman merupakan salah satu tarian khas aceh yang telah dikenal sejak dulu yang dimana setiap penari bekerjasama dalm gerakanya.

   Aceh mempunyai aneka jenis makanan yang khas. Antara lain timphangulai itikkari kambing yang lezat, Gulai Pliek U dan meuseukat yang langka. Di samping itu emping melinjo asal kabupaten Pidie yang terkenal gurih, dodol Sabang yang dibuat dengan aneka rasa, ketan durian (boh drien ngon bu leukat), serta bolu manis asal Peukan Bada, Aceh Besar juga bisa jadi andalan bagi Aceh.

    Pakaian adat Aceh yang digunakan kaum perempuan atau kaum lelaki, memiliki bentuk sendiri meskipun coraknya sama. Yang membedakannya adalah atribut, baik itu pakaian adat resmi maupun yang digunakan keseharian.

   Untuk pakaian adat yang dikenakan kaum laki-laki berwana hitam. Warna hitam bagi masyarakat Acehbermakna kebesaran adat. Maka bila seseorang mengenakan baju dan celana hitam berarti orang tersebut dalam pandangan masyarakat Aceh sedang memakai pakaian kebesarannya. Ini bedanya dengan masyarakat di daerah lain, bila memakai pakaian warna hitam, itu bisa berarti mereka sedang berkabung karena sesuatu musibah yang dialaminya. Tetapi tidak untuk masyarakat Aceh. Di Aceh pengantin laki-laki wajib menggunaka pakaian berwarna hitam dan tidak boleh mengenakan pakaian warna lain. Begitu juga untuk upacara-upacara adat diwajibkan menggunakan pakian warna hitam.
SUKU ACEH

   Aceh merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki aneka ragam budaya yang menarik khususnya dalam bentuk tarian, kerajinan dan perayaan. Di Provinsi Aceh terdapat empat suku utama yaitu:
   Suku Aceh merupakan kelompok mayoritas yang mendiami kawasan pesisir Aceh. Orang Aceh yang mendiami kawasan Aceh Barat dan Aceh Selatan terdapat sedikit perbedaan kultural yang nampak nya banyak dipengaruhi oleh gaya kebudayaan Minangkabau. Hal ini mungkin karena nenek moyang mereka yang pernah bertugas diwilayah itu ketika berada di bawah protektorat kerajaan Aceh tempo dulu dan mereka berasimilasi dengan penduduk disana.

   Suku Gayo dan Alas merupakan suku minoritas yang mendiami dataran tinggi di kawasan Aceh Tengah dan Aceh Tenggara. Kedua suku ini juga bersifat patriakhat dan pemeluk agama Islam yang kuat.
Setiap suku tersebut memiliki kekhasan tersendiri seperti bahasa, sastra, nyanyian, arian, musik dan adat istiadat.

   Kebudayaan Aceh sangat dipengaruhi oleh kebudayaan Islam. Tarian, kerajinan, ragam hias, adat istiadat, dan lain-lain semuanya berakar pada nilai-nilai keislaman. Contoh ragam hias Aceh misalnya, banyak mengambil bentuk tumbuhan seperti batang, daun, dan bunga atau bentuk obyek alam seperti awan, bulan, bintang, ombak, dan lain sebagainya. Hal ini karena menurut ajaran Islam tidak dibenarkan menampilkan bentuk manusia atau binatang sebagai ragam hias.

   Aceh sangat lama terlibat perang dan memberikan dampak amat buruk bagi keberadaan kebudayaannya. Banyak bagian kebudayaan yang telah dilupakan dan benda-benda kerajinan yang bermutu tinggi jadi berkurang atau hilang.

 *SUMBER :
http://nissaajah91.wordpress.com/2010/03/05/kebudayaan-aceh-2/
http://acehpedia.org/Budaya_Aceh

Senin, 14 November 2011

ILMU BUDAYA DASAR : BUDAYA LEBARAN ATAU RAMADHAN

KEBUDAYAAN PADA SAAT LEBARAN ATAU RAMADHAN

NAMA   : Taufan Arief Alamsyah
NPM      :17211036
KELAS    : 1EA01


    Hari raya idul fitri merupakan sesuatu yang bersifat kebiasaan (akan terulang dari tahun ketahun) dan perayaan lebaran jatuh pada tanggal 1 Syawal yang selalu dirayakan seluruh umat Islam di dunia, pada waktu kecil saya sering melihat budaya lebaran (idul fitri) yang paling menarik adalah budaya silaturahmi antar keluarga, tetangga dan teman, tetapi saat ini ada pergeseran budaya yang sebagian masyarakat, khususnya anak muda di waktu lebaran menghabiskan di tempat pariwisata atau bentuk hiburan lainnya, inilah suatu pergeseran budaya dalam kehidupan masyarakat dalam menyambut hari raya idul fitri.

    Budaya yang menjadi kebiasaan di tengah-tengah kehidupan masyarakat di hari lebaran yaitu kebiasaan hal yang baru, dari situ membentuk budaya konsumerisme tinggi dalam kehidupan masyarakat, sehingga kita sering melihat masyarakat berbondong-bondong beli baju baru, kerudung baru, celana baru atau bentuk yang sejenisnya yang bersifat baru, peristiwa ini merupakan kebiasaan yang terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat, sehingga dapat dipastikan para pedagang banyak meraup untung di hari menjelang lebaran ini.

   Budaya lebaran adalah pembaharuan atau bisa di sebut kembali kepada kesucian, sehingga di manfaatkan sebagian masyarakat untuk membeli sesuatu yang baru berupa materi yang di anggap perlu untuk menyambut lebaran, bahkan bagi masyarakat jawa dalam menyambut tamu dengan memberikan makanan ringan (jajanan) yang tersedia di kotak-kotak yang ada di ruang tamu dan juga memberikan minuman tea, kopi, sirup atau minuman yang lainnya, sebagai bentuk penyambutan tamu di waktu lebaran dalam budaya masyarakat setempat.

    Berbicara tentang lebaran tentunya sesuatu yang punya karakter dan punya nilai lebih dalam hubungan sesama di banding hari-hari yang lain, karena di hari lebaran kita punya budaya saling mema’afkan satu sama lain, sebagai bentuk kebersamaan menuju penyucian diri setelah berpuasa selama bulan ramadhan. Ingat lebaran tentunya ingat kampung halaman bagi para perantau, jadi bersiap-siaplah pulang dengan energi secukupnya dan kebutuhan yang diperlukan untuk menyambut hari raya Idul fitri, dan yang pastinya jalan-jalan di waktu lebaran begitu ramai di penuhi para pemudik dan jangan lupa siapkan uang receh sebab biasanya kalau di kampung para pemudik yang pulang dari kerja akan memberikan uang receh itu untuk anak-anak kecil sebagai uang jajan dan sebagai bentuk hadiah tahunan di hari lebaran yang penuh istimewa bagi yang merasakan indahnya hari lebaran.

    Berangkat dari tulisan di atas semoga saja budaya lebaran yang membentuk budaya baru materi fisik, dapat merambah membentuk jiwa kita yang baru, agar lebih baik lagi di banding sebelumnya, dan semoga kita juga dapat memperbarui pikiran yang lebih cerdas dalam menganalisa setiap menjawab persoalan kehidupan. Dan Allah penguasa segala sesuatu, pengatur segala ciptaan, tiada Tuhan selain Dia.

 
MENGENAL TRADISI SEPUTAR RAMDHAN DI SUATU DAERAH

   Adanya tradisi yang berlangsung di suatu daerah bukan sekedar bernilai kemeriahan tapi lebih dari itu akan dapat menggerakan kegairahan masyarakat setempat dalam memelihara budaya. Karena sudah mentradisi maka terdapat nilai nostalgik bagi yang pernah mengalaminya di masa kecil. Berlangsungnya acara juga akan menyedot masyarakat dari daerah lain untuk menyaksikannya dan akan menjadi obyek wisata menarik. Keramaian akan menimbulkan pasar, menumbuhkan sektor usaha kecil dan bergeraknya sektor ekonomi di daerah itu.

   Sebagai kota baru Tangerang Selatan bukan berarti tidak memiliki tradisi di seputar Ramadhan. Di beberapa desa sebenarnya sudah ada beberapa tradisi yang sudah berlangsung turun-temurun yang dapat dijadikan sebagai tradisi lokal Tangsel.

PELITA MALAM LEBARAN



   Masyarakat Bakti Jaya, kec. Setu tempat saya tinggal, malam Lebaran 2010 masih memasang pelita di kiri kanan jalan AMD Bakti Jaya Pocis sepanjang lebih dari 1 km. Pelita dibuat dari botol minuman energi yang diberi sumbu dan berbahan bakar minyak tanah. Dipasang dengan jarak  1,5 – 2 m diikatkan pada batang bambu setinggi 1 m dari tanah. Setelah dinyalakan kerlap-kerlip pelita yang bergoyang ditiup angin akan menguapkan aura syahdu diiringi kumandang takbir di malam Lebaran. Lampu ini dibuat secara bergotong-royong oleh warga. Beberapa hari sebelumnya botol minuman sudah dikumpulkan, sumbu yang digunakan adalah sumbu kompor, sedangkan pipa sumbu dibeli di pasar Serpong. Namun dengan adanya konversi minyak tanah ke gas rupanya menyurutkan tradisi ini walaupun sebenarnya masih bisa diganti dengan minyak sayur bahkan bohlam listrik. Lebaran 2011 ini tidak terlihat lagi kerlap-kerlip pelita di Pocis. Mungkin faktor kelangkaan bahan bakar atau karena Lebaran ‘ditunda’. Alasan yang tepat kurang jelas tapi sungguh merasa kehilangan. Belum sempat diberi nama namun keburu menghilang. Sayang sekali. (Nama “Pelita Malam Lebaran” hanyalah rekaan penulis daripada tak ada judul).

   Di daerah lain, misalnya di Gorontalo, tradisi ini disebut “Tumbilotohe” atau menyalakan lampu. Tradisi ini sudah berlangsung secara turun-temurun sejak abad XV. Semula menggunakan minyak damar, karena semakin langka maka digunakan minyak tanah. Sekarang minyak tanahpun menghilang, tetapi karena Pemda setempat konsisten terhadap pelestarian budaya maka subsidi dikucurkan kepada setiap kelurahan. Acara digelar pada 3 malam penghujung akhir Ramadhan dan dilombakan sehingga setiap kelurahan tergugah untuk menampilkan kreasi terbaiknya. Malam Lebaran merupakan malam puncak “Tumbilotohe” bahkan dibuat pula di kantor Gubernur yang terletak di puncak bukit sehingga bisa dilihat dari berbagai arah. Disamping masyarakat Gorontalo sendiri, “Tumbilotohe” juga berhasil menarik perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara untuk menyaksikannya. Demikian keterangan seorang teman yang asli Gorontalo.

 NGADU BEDUG


Beberapa tahun yang lalu terdapat festival “Ngadu Bedug” di Kampung Jati, desa Buaran kec. Serpong. Beberapa buah bedug disiapkan dalam berbagai ukuran kemudian ditabuh. Untuk memeriahkan acara ini dinyalakan pula petasan. Acara ini berlangsung tujuh hari setelah lebaran dan berlangsung selama beberapa hari. Keramaian acara ini telah berhasil menyedot perhatian masyarakat dari desa lain dan menjadi obyek wisata alternatif yang murah-meriah pasca Lebaran. Akan tetapi dengan pemberlakuan larangan menyalakan petasan oleh pihak berwajib menjadikan acara ini kurang meriah. Namun demikian pihak berwajib juga tidak bisa disalahkan begitu saja, karena seringkali terjadi kecelakaan karena terkena ledakan petasan bahkan perang petasan. Tentunya pihak berwajib tidak mau kecolongan lagi. Kalau di daerah Banten dikenal dengan “Rampak Bedug”.


*SUMBER   :
http://rofiquez.wordpress.com/2011/09/06/menggali-tradisi-seputar-ramadhan-dan-lebaran-di-tangerang-selatan/

http://sosbud.kompasiana.com/2010/09/01/budaya-lebaran-hari-raya-idul-fitri/

ILMU BUDAYA DASAR : MANAJEMEN KEBUDAYAAN

* Prof. Dr. I Made Bandem,
budayawan
dan juga Rektor ISI Yogyakarta

Manajemen Kebudayaan dan Penduniaan Kultur Indonesia 
   
    Dalam dua dasawarsa belakangan ini, kita makin memahami bahwa interaksi antarbudaya adalah bagian pasti dari keseharian kita, dan timbal-balik tersebut akan berlangsung selamanya berkat kepesatan teknologi informasi, kecanggihan komunikasi, dan kemudahan dalam pergerakan manusia saat ini. Secara bersamaan, muncul ketegangan kultural (culture shock) yang merangsang harapan dan juga krisis. 

    Selanjutnya kita makin larut dalam fenomena kosmopolitan yang kerap kita sebut globalisasi di mana kehidupan yang kita jalani sebagai warga suatu negara secara bersamaan dijalani pula dengan keterlibatan budaya, material, dan psikologis dengan masyarakat di negara lain. Kejadian yang jauh secara geografis pun menjadi teramat dekat sekaligus berdampak signifikan; semuanya mengaburkan makna mengenai batasan ''ruang lingkup personal''. 
Jelas bahwa globalisasi melahirkan perenungan terhadap totalitas kebudayaan sebagai identitas (pribadi, bangsa dan negara), seiring dengan terkonstruksinya identitas global yang mengemukakan karakter dan kearifan lokal yang dalam realitanya diterima secara universal. Budaya lokal dan budaya nasional tersedot dan melekat pada kekuatan-kekuatan global yang mendorong keduanya untuk menumbuhkan refleksi serta adaptasi.  
Globalisasi juga mesti dipandang  sebagai kesempatan emas bagi bangsa kita untuk berbagi pengetahuan dasar, teknologi, investasi, sumber daya, dan nilai etik. Melihat potensi kebudayaan yang kita miliki, sudah seharusnya globalisasi menjadi ruang yang menguntungkan, yang kemudian berimplikasi pada peluang terbukanya pasar kultural (cultural markets) untuk mensosialisasikan kebudayaan Indonesia di pentas dunia, baik itu mewujud seni pertunjukan, seni rupa, maupun seni sastra.  
Selama ini, bangsa kita melalui perwakilannya -- perorangan maupun kelompok -- telah aktif dalam berbagai pasar kultural tingkat global, seperti di antaranya beragam World Expo, berbagai biennale seni rupa maupun sastra serta festival seni budaya lainnya seperti KIAS, Hannover Fair, Japan Indonesian Friendship Festival, atau Festival Gamelan Internasional. Dan, tidak kalah pentingnya, di tingkat nasional telah ada pula beberapa perhelatan seni budaya yang memiliki kualifikasi internasional seperti Indonesian Art Summit, Biennale Seni Rupa di Jakarta, Yogyakarta, Bali maupun CP Biennale dan event berskala dunia lainnya yang diselenggarakan secara swadaya oleh institusi-institusi kesenian di Indonesia. 
Namun, agar kebudayaan Indonesia mampu memberikan peran maksimal dalam memasuki pasar kultural dunia, sudah tentu dibutuhkan presenter, organiser atau impresario dalam bingkai pola manajemen seni budaya yang profesional. Di mana pemecahan masalah-masalah manajemen ini erat kaitannya dengan paradigma bidang budaya yang dapat diurai ke dalam tiga hal penting, yaitu: pembangunan yang berwawasan visi kebudayaan; menggali, memelihara, mengembangkan, menerapkan nilai-nilai budaya dalam seluruh aspek kehidupan dan pembangunan (misi); dan memberdayakan potensi budaya masyarakat dan sosialisasi budaya kerja, disiplin, budaya malu, patriotik, jujur dan sebagainya, serta menyediakan kelembagaan/institusi, sumber daya dan teknologi untuk mengembangkan budaya nasional (strategi). 
Setelah kita memiliki visi, misi, dan strategi pembinaan dan pengembangan kebudayaan, persoalan terakhir yang tidak kalah rumitnya adalah masalah manajemen kebudayaan. Faktor manajemen sering kita abaikan, sehingga pembinaan dan pengembangan kebudayaan menjadi kurang terarah dan penuh sloganisasi. Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, koordinasi dan pengarahan produktif dalam perusahaan bisnis. Istilah ini juga diterapkan pada manusia yang tersusun dalam suatu hirarki yang melaksanakan proses manajemen, yaitu manusia yang mengerjakan tugas mereka. Inilah makna dari istilah manajemen itu sendiri. Penerapan ide bagi manajemen dalam proses pembinaan dan pengembangan kebudayaan tak dapat dipisahkan dari makna ini
 
Aspek Penting

Beberapa aspek penting dari manajemen kebudayaan adalah:

(a) pengadopsian metode perencanaan baru, sebuah perencanaan yang memiliki pendekatan multidimensi yang dapat mengakomodasi sifat-sifat multidimensi, pertentangandan ketidaksepadanan
(b) dari partisipasi menjadi kemitraan, sebuah manajemen yang menjadikan masyarakat tidak hanya memenuhi kewajiban administrasi, tetapi melibatkan mereka lewat berbagi informasi, konsultasi, pembuatan keputusan dan pelaksanaan aksi
(c) mensistemasi informasi dari bawah ke atas atau sebaliknya ; dan 
(d) memberi pelatihan bagi pembuat keputusan (agen) terhadap pendekatan budaya yang sensitif bagi pembinaan dan pengembangan kebudayaan
 
   Jika pembangunan dan pengembangan kebudayaan dilakukan secara sungguh-sungguh, menyeluruh dan bersandarkan pada sejumlah pedoman di atas maka bisa diharapkan bahwa Kebudayaan Indonesia akan mampu mentransformasikan manusia Indonesia menjadi agen-agen kebudayaan (cultural agents) yang mampu menghadapi dinamika perubahan zaman dengan kepercayaan diri kultural yang kreatif, dinamis dan merdeka
Dengan kepercayaan diri kultural semacam itu, bangsa kita akan mampu untuk menerima serta memilah hal-hal baik dari berbagai kebudayaan luar tanpa harus kehilangan akar budaya nusantaranya dan tanpa harus menjadi objek pasif dari kebudayaan luar tersebut.  
Secara keseluruhan, peran proaktif manajemen kebudayaan tidak hanya memperkenalkan dan menyebarluaskan sistem, nilai serta norma kebudayaan Indonesia kepada dunia, namun akan mengambil peran yang lebih kompleks, yaitu berupaya membangun sebuah jembatan budaya yang akan menghubungkan berbagai kutub kebudayaan di dunia. Visi ini mesti menjadi kepedulian seluruh pranata dan insan seni Indonesia. 
 
http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2006/8/11/f1.htm